Bab 1
Pendahuluan
Revolusi
Hijau atau Green Revolution yang
dikumandangkan tahun 1960, didukung oleh pemakaian bibit unggul dari tanaman,
penggunaan pupuk yang sesuai,pemberantasan hama/penyakit yang lebih intensif,
serta berbagai tindakan lainnya sehingga peningkatan produksi pangan yang
berasal dari tanaman di berbagai negara meningkat secara tajam. Bibit unggul
baru pada tanaman dan hewan diperoleh dari hasil perkawinan melalui seleksi
ketat.
Reproduksi
ternak jauh lebih berkembang setelah Spalanzani pada tahun 1887 memperkenalkan teknologi
perkawinan buatan (artificial
insemination) pada hewan yang mampu meningkatkan produksi maupun kualitas
produk dari hewan yang dihasilkan. Inseminasi buatan (IB) terus berkembang hingga
akhirnya menyentuh hewan betina melalui teknik gertak berahi yang dapat
merangsang si betina supaya mengalami ovulasi atau pemasakan sel telur yang
dapat dibuahi (diinseminasi).
Sementara
itu, teknologi embrio-transfer dikembangkan oleh Dr. Steptu yang memelopori
bayi tabung pada manusia. Demikian pun pada tumbuhan-tumbuhan, berkembang dan
berlanjut perkawinanalamiah, perkawinan buatan, serta pencangkokan untuk
mendapatkan bibit baru yang sejenis atau organisme sejenis yang menurunkan
sifat-sifat baka.
1. Menurunkan Sifat Baka Tanpa Melalui Perkawinan
Teknologi pencangkokan (kloning) mulai berkembang guna
memindahkan sifat-sifat baka dari suatu organisme kepada turunannya, baik
sejenis maupun beda jenis dengan perantara bakteri sebagai pembawa gen.
Misalnya, gen Bacilllus thuringiensis dimasukkan
ke dalam gen sel jagung maka terbentuk jagung transgenik. Contoh lainnya, sifat
baka dari gen organ pankreas penghasil insulin dari manusia atau babi
dicangkokkan pada bakteri Escherichia
coli (E coli) untuk memproduksi insulin dalam jumlah besar.
2. Organisme Hasil Modifikasi Genetika (OHMG)
Setiap sel pada makhluk hidup
memiliki nukleus dimana di dalamnya terdapat gen (sifat baka yang diturunkan).
Baik gen umum maupun gen khusus dari setiap organisme terdiri dari bahan kimia
DNA (Deoxyribonucleic acid) dan RNA (Ribonucleic acid). Dengan bioteknologi,
DNA dari setiap gen dapat dimanipulasi dengan rekayasa genetika (Genetic Engineering). Teknologi
memanipulasi DNA yang dikerjakan dengan pencangkokan (kloning) tenpa melalui
perkawinan disebut juga moleculair
cloning atau recombinant DNA
technology.
3. Prosedur Kloning DNA
Ada empat tingkatan prosedur kloning
DNA, sebagai berikut.
§ Memurnikan DNA: menghancurkan atau melisis semua sel yang mengandung
gen yang ditargetkan, kemudian mensentrifusi pada kecepatan tinggi. Kemudian
ditambahkan bahan kimia sehingga diperoleh DNA yang murni.
§ Memecah DNA: molekul DNA yang besar dipecahmenggunakan gelombang ultrasound, maka akan dijumpai fragment random.
§ Memindahkan gen: transfer DNA ke bakteri yang hidup dengan cara, DNA
asing dipaksakan berintegrasi dengan kromosom menjadi genom.
§ Seleksi DNA yang baru diperoleh dari ciri klon rekombinan.
4. Beberapa Kloning Organisme
Ø Kloning E coli atau bakteri gram negatif melalui vektor
plasmid
Plasmid E coli membawa gen
bersifat resisten terhadap antibiotika. Dalam hal ini, E coli bertugas sebagai vektor dalam pembuatan insulin.
Ø Kloning bakteri gram positif Baccilus subtilis
Bagi bakteri bersifat gram positif, pembuatan vektor plasmid harus dikhususkan,
umumnya digunakan sebagai sel induk di dalam eksperimen rekayasa genetika.
Ø Kloning bakteri gram positif Streptomises species
Spesies Streptomises telah
menghasilkan beribu-ribu jenis antibiotika.
Ø Kloning sistem eukariosit: kloning jamur
Berbeda dengan kloning pada bakteri, yang pada intinya dijumpai
prokariotik, kloning pada jamur akan menghasilkan eukariotik.
Ø Kloning eukariosit pada sel hewan
Untuk sel hewan digunakan spesial genom virus hewan sebagai kendaraan
kloning, misalnya genom virus simian.
Ø Kloning eukariosit pada sel tumbuh-tumbuhan
Ada dua jenis genom yang digunakan sebagai kendaraan kloning bagi
tumbuh-tumbuhan yaitu, virus mosaik bunga kol dan DNA dari Agrobakteri tumefasiens.
5. OHMG di Indonesia
Indonesia sudah mulai
mengembangkan teknologi rekayasa genetika tetapi masih dalam ruang lingkup
pertanian, terutama tanaman bidang pangan (jagung, kacang tanah, kakao,
kedelai, tebu, dan ubi jalar) dan tanaman industri (tembakau dan kapas).
Indonesia telah memiliki Surat Keputusan Bersama untuk mengatur masalah
Keamanan Hayati dna Keamanan Pangan Produk Pertanian Hasil Rekayasa Genetika
yang dituangkan dalam Surat Keputusan Menteri Pertanian
no.856/Kpts/HK.330/9/1997. Indonesia telah mengembangkan tanaman transgenik di
beberapa daerah dengan jenis tanaman tersendiri. Indonesia juga telah mengimpor
tanaman transgenik berupa bibit jagung, kapas, kedelai, dan kentang yang
sekaligus telah dikembangkan di beberapa daerah sebagai percobaan lapangan.
6. OHMG di Asean
§ Malaysia, penelitian OHMG dalam bidang tanaman dibedakan menjadi empat
kategori: tanaman pangan, tanaman hias, tanaman industri, dan bidang kehutanan.
Pada penelitian jati transgenik, Malaysia bekerjasama dengan New Zealand.
Malaysia juga telah mengimpor bibit tanaman pangan seperti tanaman kedelai
berupa transgenik glyphosate-tolerant
Roundup Ready yang menghasilkan dua jenis gen bersifat allergen.
§ Thailand, mengembangkan tomat transgenik yang resisten terhadap virus.
Namun, untuk sementara masih berupa percobaan di rumah kaca, sambil menunggu
percobaan di lapangan untuk mulai disebarkan. Sementara, dalam percobaan untuk
pengembangan penanaman bibit transgenik yang diimpor adalah: tanaman Tomat
Flavr Savr, Kapas Bt Monsanto, dan Jagung Bt.
Bab 2
Organisme Hasil
Modifikasi Genetika dan Produknya
1. OHMG dalam Bidang Industri Farmasi
Diestimasikan 5-10 miliar US$
nilai obat-obatan yang diproduksi secara rekayasa genetika telah digunakan
sepanjang tahun 2000 dari total produksi obat-obatan dunia.
Produk protein yang telah
dihasilkan dengan teknologi rakayasa genetika dari bidang farmaseutik adalah:
§ Somatostatin: hasil transplantasi gen eurokariosit dan hipofisis manusia
ke gen E coli. Hormon ini merupakan
hormon pertumbuhan pada manusia yang diberikan kepada penderita dwarfisme
hipofisis.
§ Somatotropin: digunakan sebagai hormon pertumbuhan.
§ Insulin: digunakan untuk pengobatan diabetes melitus.
§ Interferon: dijumpai 3 jenis interferon. Rekayasa genetika baru dapat
menghasilkan 2 jenis interferon yang digunakan untuk pengobatan: hepatitis,
herpes simplex, dan herpes zooster.
Produk vaksin
§ Vaksin rabies
§ Vaksin herpes
§ Vaksin hepatitis B
§ Vaksin kolera
§ Vaksin lepra
§ Vaksin malaria
Antibiotika
Pada tahun 1980 diproduksi 25.000 ton
antibiotiks di seluruh dunia terdiri dari 68% penisilin, 20% tetrasiklin, 4,8%
sefalosporin, dan 3,2% eritromisin.
Preparat diagnostik
Beberapa preparat diagnostik juga
dihasilkan dengan rekayasa genetika di samping teknik tradisional biasanya.
Xenotransplantasi
Xenotransplantasi (transplantasi dari
hewan ke manusia) merupakan harapan baru bagi dunia kedokteran dan mulai
dirintisnya gene therapy (pengobatan
gen) atau pengobatan dengan memanipulasi gen sesuai teknologi GMO.
Terapi gen
Terapi gen karatkeristik dengan
mentransfer informasi genetik kepada pasien dengan menggunakan teknologi DNA
rekombinan. Berbagai strategi yang ditempuh terutama penyakit kronis dan
beberapa kelainan makrogenetik seperti kanker, AIDS, Diabetes Melitus dan
sebagainya telah dijadikan proyek pengobatan gen (terapi gen).
2. OHMG dalam Bidang Peternakan
Vaksin yang diproduksi bagi dunia kedokteran hewan sama dengan vaksin
pada manusia.
§ Vaksin Penyakit Mulut dan Kuku (PMK)
§ Vaksin Rabies
§ Vaksin Blue-tongue khusus pada domba
§ Vaksin White Diarrhea pada babi
§ Vaksin Fish-fibrosis
Antibiotika untuk hewan
Di samping digunakan sebagai
pengobatan, antibiotika pada hewan juga digunakan sebagai bahan pakan imbuhan,
dan dalam memproduksinya menggunakan teknologi rekayasa genetika.
Hormon pertumbuhan
§ Recombinant Bovine somatotropine (rBST) hormone: hormon ini dapaet
meningkatkan produksi susu hingga 15% sampai 25%, sedangkan menurut Peel C.J. and Bauman D.E., 1987, prosuksi
susu sapi yang diberi suntikan hormon rBST dapat mencapai 40%, serta masa
laktasi diperpanjang.
§ Recombinant Porcine somatotropine hormone: produk ini digunakan pada
babi untuk meningkatkan pertambahan berat badan/hari (daily gain), mengefisiensikan penggunaan pakan, dan mempengaruhi
komposisi karkas dengan meningkatkan protein tubuh serta mengurangi jumlah lemak.
Ternak transgenik
Kloning domba yang telah lahir pada 5
Juli 1996 dan diumumkan 23 Februari 1997 dengan nama domba Dolly yang ditransfer dari sel ambing susu.
3. OHMG dalam Bidang Perikanan
OHMG juga telah memproduksi
ikan yang resisten terhadap pembusukan dan tahan disimpan dalam alat pendingin.
Termasuk pula telah diselidiki kemungkinan penggunaan OHMG untuk menghasilkan
vaksin bagi penyakit ikan.
4. OHMG dalam Bidang Tumbuh-tumbuhan
Rekayasa genetika dalam
bidang tanaman dilakukan dengan mentransfer gen asing ke dalam tanaman. Jenis
bakteri yang digunakan adalah Agrobakterium
tumefaciens. Hampir 50% tanaman transgenik merupakan tanaman yang resisten
terhadap hama tanaman (pestisida biologis). Dengan rekayasa genetika telah
dihasilkan bibit transgenik berupa hampir 70% jagung yang diproduksi di Amerika
Serikat menggunakan GMO, 75% dari bibt canola juga GMO, demikian pun bibit
kacang kedelai, kentang, tomat, padi, dll. Berikut adalah jenis-jenis tanaman
transgenik yang telah dikembangkan:
§ Tanaman transgenik tahan
herbisida (Herbicide resistant crops)
§ Tanaman transgenik tahan
insek (Insect resistant crops)
§ Memperlambat pemasakan buah
§ Perubahan komposisi pati (amilum) tanaman transgenik
§ Tanaman pemanis transgenik
§ Tanaman transgenik tanpa biji
§ Tanaman transgenik dengan
perubahan komposisi asam lemak
§ Tanaman transgenik dengan
asam amino lengkap
§ Tanaman transgenik resisten
virus
§ Tanaman transgenik resisten
jamur (fungi)
§ Tanaman transgenik resisten
terhadap cacing (Nematoda)
§ Tanaman transgenik
meningkatkan proses fotosintesis dan fiksasi nitrogen
§ Tanaman transgenik tahan
garam dan kondisi tanah tandus
§ Tanaman transgenik toleran
terhadap kekeringan
§ Tanaman transgenik yang
toleran terhadap hujan es
§ Pharmacing tanaman transgenik
§ Perkebunan tanaman transgenik
§ Hutan dan bunga transgenik
5. OHMG dalam Bidang Pangan dan Pakan
Biasanya digunakan dalam
pembuatan bungkil kedelai, saus tomat, jagung pipil, keju, tepung susu,
dextrin, sirup, maltosa jagung dan sebagainya.
6. OHMG dalam Bidang Industri
Pada pengolahan pangan,
misalnya pada pembuatan keju, enzim renet yang digunakan juga hasil dari OHMG.
Dalam bidang food-additive misalnya,
enzim, penambah cita rasa makanan, pengawet makanan, pewarna pangan, pengental
pangan, dan sebagainya juga menggunakan teknologi OHMG. Demikian pula dengan
bahan baku industri lain seperti kapas, kedelai, susu sapi (susu bubuk dan susu
yang diproses), daging sapi (daging dan hati olahan), vaksin, dan obat-obatan.
7. OHMG dalam Bidang Lingkungan
Berbagai bakteri yang dapat
digunakan untuk membersihkan lingkungan dari berbagai pencemaran lingkungan
baik akibat dari pencemaran industri maupun pencemaran lainnya telah berhasil
diproduksi.
Bab 3
Keamanan Penggunaan OHMG dan Produknya
OHMG
merupakan penemuan baru, memberikan keuntungan yang baru pula, memerlukan
biaya, dan memberikan risiko yang kadang-kadang belum diketahui apa yang akan
terjadi sehingga diperlukan adanya asuransi keamanan risiko yang bakal terjadi.
Beberapa sifat OHMG berpotensi menimbulkan dampak negatif karena OHMG merupakan
kloning dari jenis gen yang berbeda maka OHMG memiliki kemampuan bereproduksi
seksual dengan jenis organisme yang berbeda.
Dengan
rekombinan DNA, OHMG akan menimbulkan bahan kimia baru, dapat berupa endotoksin
maupun sebagai subsidi pestidida atau juga herbisida baru. Untuk mengetahui
dampak negatif yang ditimbulkan oleh OHMG maka perlu diketahui asal OHMG,
vektor yang digunakan, dan metode kloning yang digunakan.
1. Berpotensi terhadap Pergeseran dan Transfer Gen dari OHMG
Jumlah gen yang akan
dimodifikasi berpengaruh terhadap mutu OHMG. OHMG yang berpotensi memisahkan
diri disebut pergeseran gen sehingga memunculkan sifat yang patogen. OHMG dapat
pula mengalami pergeseran ekologis yang bisa mengganggu lingkungan akibat
gangguan adaptasi. Gen OHMG juga berpotensi transfer ke organisme lainnya.
2. Berpotensi Membentuk Barriers
Species
Adanya mutasi dari
mikroorganisme transgenik menyebabkan terbentuknya barriers species yang memiliki kekhususan tersendiri sehingga akan
dijumpai adanya superpatogenitas dari mikroorganisme.
3. Berpotensi Mengalami Perubahan Genotip terhadap Komunitas
Ekologi
Potensi mengalami perubahan
genotip terhadap komunitas ekologi dengan produknya yang akan digunakan. Banyak
data menyatakan bahwa perubahan genotipe dari organisme terhadap lingkungannya
menimbulkan efek toksis terhadap dirinya sendiri serta destruksi dengan
berbagai mekanisme terhadap lingkungannya.
4. Potensi Toksis dari OHMG dan Produknya
Dengan transfer genetik di
dalam “tubuh” OHMG akan muncul bahan kimia baru yang berpotensi mengganggu
lingkungan dan juga menimbulkan gangguan bagi tanaman, hewan, ataupun manusia.
Dari hasil rekayasa gentika (produk OHMG), kemungkinan timbulnya risiko yang
tidak terduga dikaitkan dengan terakumulasinya hasil metabolisme tanaman,
hewan, atau mikroorganisme yang dapat mengkontribusikan: toksin, allergen, dan
bahaya genetik lainnya di dalam pangan manusia. Toksisitas/patogenitas OHMG dan
produknya meliputi infeksi, snsitif, resisten, dan efek toksis langsung.
5. OHMG Berpotensi Menimbulkan Risiko Penyakit/Gangguan
Kesehatan Lain bagi Organisme Lainnya
Munculnya berbagai jenis
bahan kimia baru baik yang terdapat di dalam OHMG maupun produk OHMG memberikan
risiko munculnya penyakit baru ataupun merupakan faktor pencetus penyakit
lainnya.
6. Kebiasaan Berpotensi Meningkatkan Risiko Dampak Negatif
Penggunaan OHMG
Kebiasaan mengkonsumsi bahan
pangan dan pakan di suatu negara atau daerah dapat mendorong peningkatan risiko
dampak negatif penggunaan OHMG. Demikian pun kebasiasaan pola bercocok tanam
suatu negara atau daerah dapat meningkatkan kekhawatiran munculnya dampak
negatif penggunaan OHMG.
7. Berpotensi Mudah Diserang Penyakit
Tumbuhan transgenik juga
kalah bersaing dengan gulma yang tahan terhadap keadaan buruk. Hal itu
mengakibatkan tanaman transgenik berpotensi mudah diserang penyakit dan palability lebih disenangi insek.
Bab 4
Kekhawatiran Dampak Negatif
Penggunaan OHMG
Revolusi
Hijau (Green Revolution) yang
dikumandangkan pada tahun 1960, target utamanya hanya peningkatan produksi
pangan, khususnya tanaman pangan, telah menimbulkan dampak negatif terhadap
lingkungan, mulai dari hama tanaman menjadi resisten, prubahan tekstur dan
struktur tanah. Seperti organisme hasil reproduksi seksual maka OHMG juga
memiliki sifat berkembang biak tetapi mudah mengalami mutasi, tidak seperti
organisme hasil reproduksi seksual. OHMG yang menyentuh bidang obat-obatan baik
bagi manusia, hewan, maupun organisme lainnya yang memberikan keuntungan besar
serta membahagiakan umat manusia juga tidak terlepas dari kekhawatiran terhadap
dampak negatif yang timbul akibat penggunaan OHMG maupun produknya. Demikian
pun penggunaan OHMG di bidang ekonomi dan sosial juga memberikan kekhawatiran,
bahkan telah memberikan dampak negatif dari penggunaan OHMG.
1. Awal Kemunculan
1.1 Kekhawatiran terhadap perubahan pola konsumsi makanan
Dengan mengkonsumsi produk OHMG, akibat tidak dijumpai
adanya ADI (acceptable daily intake) maka
konsumsi OHMG tanpa ada batas sertadimakan setiap hari. Penggunaan atau
konsumsi bahan pangan untuk manusia dan bahan pakan untuk hewan tanpa batas
ambang dan setiap hari dapat memberikan risiko terganggunya kesehatan serta
memunculkan beberapa jenis penyakit seperti penyakit jantung dan kardiovaskuler
yang pada saat ini menduduki urutan pertama sebagai penyebab kematian hampir di
seluruh dunia.
1.2 Kekhawatiran seperti penyakit sapi gila
Penyakit sapi gila pada sapi ditularkan dari penyakit
Scrapie pada domba akibat perubahan pola konsumsi pakan, hal ini dicetuskan
lagi ketika sapi memakan daging sapi juga atau disebut kanibalisme. Pemunculan
penyakit sapi gila atau penyakit prion memberikan kekhawatiran akan dampak
negatif OHMG dan produknya terhadap kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya
di kemudian hari.
1.3 Kekhawatiran akibat pengalaman menggunakan obat-obatan
Penggunaan beberapa jenis obat-obatan, misalnya
thalidomid sesudah beberapa tahun dapat memberikan dampak negatif berupa cacat
lahir bagi bayi-bayi yang dilahirkan oleh ibu-ibu yang menggunakan obat
thalidomid.
1.4 Kekhawatiran dari fenotipe OHMG: Apakah juga dapat memberikan
dampak negatif apabila dikonsumsi?
Dalam kenyataan dari 1,2 juta ton kedelai yang diimpor
dari luar negeri seleruhnya termasuk mutu kelas (grade) kedua. Namun, hingga saat ini belum ditemukan dampak
negatif jika mengkonsumsinya.
1.5 Kekhawatiran terhadap penyebab penyakit ayam kerdil (kontet)
Dikhawatirkan penyebab penyakit kerdil pada unggas di
Indonesia disebabkan oleh konsumsi pakan ternak yang berasal dari pakan
transgenik OHMG.
1.6 Kekhawatiran menggunkan kondom
Protein dari latex kemungkinan dijumpai di dalam
kondom, sedangkan kondom dipasangkan kepada kemaluan dalam keadaan tegang
sehingga timbul kekhawatiran protein kondom akan menimbulkan dermatitis kontak.
1.7 Kekhawatiran musnahnya plasma nutfah
Terjadinya cross-polination
oleh gen dari OHMG akan memunculkan berbagai jenis gulma yang resisten
terhadap herbisida, maka yang akan tumbuh berkembang biak gulma, sedangkan
plasma nutfah flora akan mengalami kemunduran.
1.8 Kekhawatiran memupus habis beberapa komoditi bersaing
§ Penggunaan OHMG untuk
menghasilkan gula dengan derajat kemanisan yang beratus kali lipat dari gula
yang diproduksi dari tebu dan bit dikhawatirkan memupus pabrik gula yang
menggunakan bahan alamiah.
§ Penggunaan OHMG di dalam
menghasilkan minyak goreng canola
dengan produksi berpuluh-puluh kali lipat, dikhawatirkan tanaman kelapa dan
kelapa sawit siap-siap akan gulung tikar.
§ Penggunaan OHMG enzim pada
pakan ternak yang dapat menghasilkan protein hewani menimbulkan kekhawatiran
akan memupus pabrik tepung ikan dan pabrik tepung daging dan tulang.
1.9 Kekhawatiran terhadap religi, etis, dan estetis
Penggunaan gen babi untuk memproduksi bahan makanan
tentunya akan memberikan kekhawatiran terhadap pemeluk agama Islam. Penggunaan
bakteri E coli sebagai gen untuk
meningkatkan produksi bahan makanan juga terasa menjijikan sebab E coli dapat berasal dari tinja
manusia.
1.10
Kekhawatiran menimbulkan efek
toksis
Kekhawatiran timbul akibat dari konsumsi bahan pangan maupun
pakan yang tidak ada batas ambangnya sehingga bahan toksis yang dijumpai dalam
bahan pangan dan pakan OHMG akan mencapai batas menjadi toksis.
2. Faktor Pencetus
Ø Gen bukan alamiah yang
ditransfer dari satu spesies ke spesies lainnya dapat membahayakan.
Ø Pernyataan bioteknologi yang
mengklaim bahwa metodenya sangan tepat dan canggih, masih diragukan.
Ø Gangguan efek kesehatan yang
tidak dapat diprediksi.
Ø Produk OHMG lebih banyak
risikonya dibandingkan dengan pangan produk tradisional.
Ø Meningkatkan sumber polusi
dari sumber pangan dan air.
Ø Efek gangguan kesehatan OHMG
yang berlanjut dan berlangsung selama-lamanya.
Ø Regulasi yang kurang dapat
mendorong.
Ø Kekhawatiran terhadap etika.
Ø Geni yang baru ditransfer
antarspesies dan berkompetisi dengan gen baru akan merusak lingkungan.
3. Kekhawatiran Menjadi Kenyataan
3.1 Kekhawatiran OHMG menjadi kenyataan bersifat toksis
Daun tanaman tomat transgenik yang resisten terhadap
insek lepidoptera sesudah 10 tahun,
ternyata menghasilkan akar tomat yang dapat mematikan mikroorganisme dan
organisme di dalam tanah, serta mengakibatkan perubahan struktur dan tekstur
tanah bekas areal tanaman tomat transgenik.
3.2 Bakteri Klebsiella planticola direkayasa dengan tanaman yang
menghasilkan ethanol pada akar-akarnya
Pada tanah berpasir dan kurang bahan organik tanaman
penghasil ethanol akan mati akibat sistem perakarannya. Sehingga tanaman OHMG
akan mempengaruhi mikroorganisme dalam tanah.
3.3 Sari bunga tanaman transgenik berbahaya bagi larva kupu-kupu
Larva kupu-kupu raja (Danaus Plexippus) yang memakan daun gulma (milkweeds) yang tercemar dengan serbuk sari bunga jagung Bt akan
mengalami kematian.
3.4 Kekhawatiran menjadi kenyataan: bahan toksis yang meningkat
Beberapa OHMG ditarik dari peredaran kaerna peningkatan kadar bahan
toksis.
3.5 Kekhawatiran OHMG menjadi kenyataan bersifat alergis
Penelitian membuktikan bahwa kedelai transgenik yang
menggunakan gen dari kacang Brasil menunjukkan adanya reaksi alergis.
Satu-satunya dampak negatif berupa reaksi alergis yang ditimbulkan saat
mengkonsumsi OHMG.
3.6 Kekhawatiran OHMG menjadi kenyataan yang mengganggu
lingkungan
Ø Adanya cross polination.
Di Denmark diadakan penelitian dan terbukti tanaman yang menghasilkan
minyak yang telah direkayasa genetika (OHMG) tahan terhadap herbisida, dapat
mentransfer gennya kepada gulma (Brassica
campetris sp) sekitarnya sesudah generasi ke-2.
3.7 Kekhawatiran OHMG menjadi kenyataan bersifat religi. etis,
dan estetis
Kasus Ajinomoto di Indonesia pada tahun 2001 merupakan
kekhawatiran pertama adanya bahan haram karena proses pembuatan MSG menggunakan
mikroorganisme yang berasal dari unsur babi. Di Inggris pada 1996, diadakan
survei dan hampir 70% responden menolak pemakaian pangan OHMG dengan alasan ada
unsur yang tidak estetis seperti E coli berasal
dari tinja.
4. Kekhawatiran Munculnya Dampak Negatif Penggunaan OHMG dan
Produknya
Kekhawatiran munculnya dampak
negatif penggunaan OHMG dan produknya terdiri dari hal-hal sebagai berikut.
4.1 Kekhawatiran dampak negatif terhadap gangguan ekologis
Dampak negatif dan kekhawatiran OHMG (GMO) terhadap organisme tanah dan
flora:
Ø Perubahan tekstur dan
struktur tanah.
Ø Munculnya tumbuhan liar
(polusi gen).
Ø Munculnya organisme resisten
terhadap virus.
Ø Munculnya tanaman transgenik
rentan penyakit.
Ø Munculnya tanaman yang
resisten terhadap insektisida.
Dampak negatif dan kekhawatiran OHMG
terhadap fauna:
Ø Munculnya organisme atau
tanaman transgenik yang membunuh organisme lain.
Ø Perubahan tingkah laku lebah.
4.2 Kekhawatiran dampak negatif terhadap gangguan kesehatan
OHMG akan meningkatkan produksi pangan, perbaikan gizi bahan pangan,
serta mempermudah pemrosesan atau penyimpanan bahan pangan. Tetapi, dengan OHMG
akan muncul bahan kimia baru sebagai konsekuensi dari:
·
Konsekuensi langsung dari
pemunculan jenis pangan baru dari gen hasil OHMG, misalnya perubahan mutu yang tahan
terhadap pestisida.
·
Konsekuensi langsung dari
peningkatan mutu dari gen yang dikloning, misalnya gangguan metabolisme bahan
pangan asalnya.
·
Konsekuensi tidak langsung
dari mutasi OHMG.
·
Konsekuensi dari transfer gen
ke mikroflora dalam alat pencernaan dari organisme yang memakan OHMG.
·
Beberapa potensi yang dapat
mengganggu kesehatan dan OHMG.
Dampak negatif
mengkonsumsi produk OHMG dapat terjadi akibat produk OHMG sendiri, tetapi dapat
pula akibat dari produk sampingan yang dihasilkan oleh penggunaan produk OHMG.
Menggunakan produk OHMG akan memproduksi bahan kimia baru berupa endotoksin
atau bahan lainnya berupa benda asing bagi tubuh.
Ø OHMG bersifat alergi
Ø Alergi terhadap penggunaan
sarung tangan dan kondom.
Ø OHMG resisten terhadap
antibiotika.
Ø Dugaan kasus penyakit Eosinophilia myalgia syndrome (EMS)
disebabkan mengkonsumsi L-tryptophan
Ø Kekhawatiran kapas Bt
antibiotika resisten terhadap bakteri penyakit kencing nanah (Gonorrhoeae)
Ø Kekhawatiran dan dampak
negatif menggunakan OHMG berasal dari produk hewani
Ø Kekhawatiran dan dampak
negatif penggunaan rBST
Ø Dampak negatif dan kekhawatiran
penggunaan OHM-rPST
Ø Kekhawatiran dan dampak
negatif penggunaan OHMG dari food/feed
additive (pangan/pakan imbuhan)
Ø Kekhawatiran akan dampak
negatif menggunakan madu
4.3 Kekhawatiran dampak negatif terhadap bidang ekonomi dan
sosial
Bidang Sosial:
Ø Kasus Ajinomoto di Indonesia
tahun 2001 dengan dugaan adanya enzim pankreas babi pada pembuatan produk MSG.
Ø Akan menurunkan nilai-nilai
kemanusiaan, agama, dan kepercayaan. Berbagai produk OHMG atau penggunaan OHMG
yang bertentangan dengan ajaran agama dan nilai-nilai kemanusiaan.
Bidang Ekonomi:
Ø Penggunaan tanaman transgenik
akan memupus habis beberapa komoditi barang karena munculnya produk-produk
transgenik yang dianggap lebih murah dan efisien, misalnya:
·
Penggunaan OHMG untuk menghasilkan gula
·
Penggunaan OHMG dalam menghasilkan minyak goreng
·
Penggunaan OHMG pada tembakau
·
Kekhawatiran telah mengimpor dan mengkonsumsi OHMG yang
cenderung merugikan petani lokal yang masih tradisional.
5. Kebiasaan (Habit) Mendorong
Munculnya Kekhawatiran Dampak Negatif Penggunaan OHMG
Kebiasaan pola konsumsi daging: Konsumsi daging di Indonesia berbeda
dengan di beberapa negara lain. Semua bagian tubuh dari hewan dimakan seperti
halnya jeroan dan darah. Kebiasaan tersebut dikhawatirkan akan berdampak
negatif. Khusus untuk hormon pertumbuhan, berupa hormon sterodi sintetis yang
digunakan di beberapa negara, sedangkan di Indonesia dilarang penggunaannya
sebab dapat menumpuk pada organ hati, testis, belakang telinga, dan sebagainya
sehingga di negara yang menggunakan hormon, daging dibedakan: edible meat (daging dapat dimakan) dan offal meat (daging yang tidak dapat
dimakan).
Pola konsumsi sayuran di Indonesia: pada masyarakat Indonesia yang
memiliki kebiasaan mengkonsumsi sayuran mentah yang kemungkinan berasal dari
sayuran OHMG ataupun tercemar OHMG sehingga dikhawatirkan menimbulkan dampak
negatif yang sama seperti yang terjadi pada larva kupu-kupu yang memakan sari
bunga/daun dari tanaman transgenik.
Jagung pipil mentah yang
digunakan sebagai pakan unggas dikhawatirkan mengakibatkan munculnya dampak
negatif dari penggunaan OHMG berupa kekerdilan dan gangguan ileitis serupa halnya dengan percobaan Arfad Putzai, 1998,
yang memberikan kentang mentah pada tikus percobaan.
Kebiasaan pola bercocok tanam: penanaman kapas Bt di Sulawesi
Selatan para petani kemungkinana memiliki kebiasaan menanam kapas lokal hanya
beberapa hektar kemudian dilingkungi dengan hutan berupa gulma. Hal tersebut
dikhawatirkan dapat menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan atau
ekosistem.
Kebiasaan menggunakan obat: di Indonesia banyak dijumpai, apabila
diberikan resep obat maka hanya dibeli sebagian saja, sehingga penggunaan
antibiotika yang diproduksi secara OHMG akan dikhawatirkan mendorong terjadinya
resistensi terhadap antibiotika.
Kebiasaan pakan ternak perah, diikuti suntikan hormon: Pakan ternak perah di
Indonesia dapat berupa batang dan daun jagung hijau berasal dari jagung sweet-corn yang merupakan tanaman
transgenik. Kemudian ternak perah diberi
hormon rBST untuk meningkatkan produksi susu. Maka sapi perah
menggunakan OHMG dari dua sumber. Hal ini akan memberikan kekhawatiran akan
munculnya dampak negatif dari penggunaan OHMG akibat dari kebiasaan memberikan
pakan bagi ternak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar